KAIMANANEWS.COM – Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof. Drs. Koentjoro, MBSc, PhD, Psikolog, mengapresiasi pembangunan fisik di Kabupaten Kaimana yang sudah berjalan sangat bagus.
Namun disisi lain ia menyebut, masih terlalu banyak yang perlu dibenahi dalam hal ini oleh Pemerintah Daerah, untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi daerah.
Koentjoro yang sudah belasan tahun menjadi dosen pembimbing lapangan kegiatan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) UGM di Kaimana ini mengatakan, hal pertama yang perlu dilakukan adalah penyiapan SDM Kaimana secara merata agar tidak tidak terjadi ketimpangan.
Termasuk sektor pendidikan, yang menurutnya perlu dirancang secara lebih terstruktur lagi, dalam rangka menghadapi era Indonesia Emas tahun 2045.
“Dari segi SDM ya saya melihat perlu adanya peningkatan. Kemudian yang paling dasar juga soal pendidikan, apalagi tahun 2045 nanti akan memasuki era indonesia emas. Ini perlu dirancang betul kira-kira besok akan seperti apa,” ungkapnya saat menghadiri upacara HUT RI ke-79 di Stadion Triton Kaimana.
Selain itu, Koentjoro juga mempertanyakan ikon Kaimana, yang menurutnya tidak cukup hanya dengan sebutan kota senja indah. Senja indah Kaimana itu saran dia, bisa dilukiskan lewat motif batik atau lainnya.
“Disini tidak ada yang namanya ikon. Kaimana itu hanya disebut senja indah di Kaimana, tetapi indahnya kapan belum jelas. Padahal sebenarnya bisa diceritakan lewat motif batik. Kenapa itu tidak dikembangkan,” sentilnya.
Tidak hanya menyoroti soal ikon kota senja, Koentjoro juga menyayangkan tidak adanya kekhasan Kaimana lainnya yang bisa dijadikan sebagai oleh-oleh bagi para pendatang.
“Kemudian oleh-oleh, kalau datang di Kaimana kita mau cari oleh-oleh itu tidak ada disini. Padahal UMKM sudah cukup banyak, kenapa tidak didorong agar bisa menghasilkan produk-produk khas Kaimana yang bisa dijadikan sebagai oleh-oleh,” ujarnya.
Ia juga menyarankan agar bahasa daerah Kaimana perlu dilestarikan karena nyaris tidak terdengar. “Ini merupakan ciri dari kota yang perlu kita kembangkan. Contoh di Malaysia, setiap hari Jumat belajar bahasa jawa karena kebanyakan orang Malaysia datang dari Jawa. Kaimana seharusnya punya karakter itu, bahasa Kaimana dan sebagainya. Itu harus dikembangkan sebagai jati diri,” tandasnya.
Diakhir pernyataannya, guru besar yang pada Maret 2025 akan memasuki masa pensiun ini juga mengaku masih menemukan anak-anak Kaimana mengkonsumi lem aibon. ia berharap hal ini tidak lagi dilakukan karena akan merusak masa depan anak itu sendiri.
“Ini persoalan yang sangat lama sampai sekarang masih ada, menyangkut ngelem. Ngelem itu harus mulai dihilangkan karena itu betul-betul merusak anak muda. Kita harus yakin bahwa Kaimana bisa maju karena orang Kaimana sendiri, Kaimana rusak ya Kaimana sendiri. Karena itu ayo sama-sama bangun Kaimana,” tutupnya. |isw|