KAIMANANEWS.COM – Kabupaten Kaimana terkenal sebagai daerah dengan potensi sumber daya perikanan yang sangat menjanjikan. Melihat potensi yang ada, pemerintah daerah kemudian menetapkan sektor perikanan sebagai salah satu core business pembangunan daerah.
Banyak warga yang memanfaatkan potensi perikanan ini sebagai sumber penghasilan. Mereka menjalani aktivitas penangkapan ikan atau melaut sebagai mata pencaharian. Ikan hasil tangkapannya, selain dijual langsung ke konsumen, juga diolah untuk konsumsi jangka panjang.
Untuk kebutuhan jangka panjang, para nelayan mengolahnya melalui proses pengeringan manual dengan dukungan panas matahari. Ikan yang dipilih untuk proses pengeringan adalah ikan puri atau teri kecil. Lokasi pengeringan sendiri berada tepat di belakang pasar ikan Air Tiba.
Di lokasi ini ada sekitar 40 sampai 50 cluster masyarakat nelayan yang melakukan aktivitas pengeringan ikan. Mereka berada dibawah pendampingan Bidang Budi Daya Dinas Perikanan Kabupaten Kaimana.
Salah satu pengelola ikan puri kering, Abu Jamal yang ditemui di lokasi pengeringan mengatakan, usaha pengeringan ikan puri ini cukup membantu menghidupkan ekonomi masyarakat nelayan maupun pembisnis ikan.
Menurutnya, keuntungan bersih yang didapat dari penjualan ikan puri kering ini mencapai 30-35% dari total 100% sejak ikan dibeli dari nelayan dalam kondisi basah dan mengalami penyusutan saat proses penjemuran.
Ikan hasil pengeringan ini lanjut Jamal, selain dijual eceran untuk konsumen lokal, juga dijual kepada pengumpul dengan harga berkisar Rp.15.000, Rp.20.000 dan Rp.50.000 per kilo gram sesuai jenis dan besar-kecilnya ikan.
“Jadi setelah proses pengeringan, kami pisahkan dulu yang kecil dan yang besar sesuai jenisnya, karena harga jual ke pengumpul itu disesuaikan dengan jenis ikan dan ukurannya. Kalau yang kecil harganya lebih mahal. Selain jual ke pengumpul, kadang juga jual eceran disini dengan selisih harga lebih tinggi Rp.5000. Lumayanlah untuk mengatasi kebutuhan hidup keluarga,” ungkap Jamal, Rabu (9/4/2025).
Hal yang sama juga diungkapkan Hancu, masyarakat nelayan yang juga menggeluti usaha pengeringan ikan puri. Ia mengakui, usaha pengeringan ikan ini cukup membantu mengatasi kebutuhan hidup sehari-hari.
Meskipun pada kondisi tertentu demikian Hancu, pihaknya juga kadang mengalami kerugian dimana ikan rusak akibat cuaca yang tiba-tiba berubah. Perubahan cuaca ditengah proses pengeringan ini sebutnya, merupakan sebuah resiko yang suka tidak suka harus dihadapi.
“Yang namanya kerja dibawah matahari ya begini. Kalau kalau matahari keras biasanya hanya dua hari sudah kering, kalau mendung bisa tiga hari. Tapi berkali-kali juga kami rugi, ikan busuk karena saat proses pengeringan, hujan tiba-tiba turun berhari-hari,” ungkapnya.
Keduanya berharap agar usaha pengeringan ikan yang digeluti masyarakat nelayan ini, mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Daerah, dalam hal ini Dinas Perikanan, melalui perluasan lahan pengeringan dan dukungan sarana prasarana yang dibutuhkan. |isw|